Baik Titisari maupun yang lain hanya melihat su- atu letupan cahaya. Malahan
mereka meyakini, bahwa cahaya itu masuk ke dalam tubuhnya. Ia jadi ternganga
-nganga. Dan terus menerus mengganggu benaknya dari tahun ke tahun.
Cahaya kemakmuran kota pun suram. Yang muncul sebagai pengganti: serdadu
Jepang, semangat Perang Suci Asia Timur Raya, kegelapan, bekicot, kelaparan,
romusa252, ancaman kekerasan, dan ketakutan. Lagu-lagu perang bergema.
Coba simak komentar Tri, salah seorang pembaca novel bergenre fiksi sains,
Supernova, karya Dewi Lestari: “Diva tuh karakternya gua banget. Thanks, Wi.” (
Buka Supernova hlm. 218, “Komentar Nonpakar”). Apa yang pembaca
bayangkan dengan komentar Tri seperti itu. Tentu sah saja Tri mencoba
mengidentifikasi karakter Diva dalam novel itu dengan dirinya sendiri. Itu adalah
sah dan masih bisa dimaklumi. Tapi akan menjadi tidak benar bila kemudian Tri
mengatakan bahawa ...
membayangkan cahaya tersebut menuju cakra tenggorokan, lalu dibersihkannya
, cahaya putih keemasan membersihkan seluruh tenggorokan yang dilalui oleh
makanan yang tidak halal agar seluruh makanan yang masuk ditapis ...
"Saya tetap berdoa, semoga I Muhammad tidak merobah sikap," sambung I
Chadijah dari dalam bilik sambil terisak-isak. Namun I Chadijah masih
meragukan hal ini, karena tidak tahan emosi, I Chadijah masih bertanya pada
Daeng Ngiji dan Daeng Naba. "Saya kira I Muhammad telah melupakan saya,
dia telah banyak bergaul dengan seribu satu macam kecantikan mahasiswa,
cantik, kaya dan wanita yang berpendidikan tinggi," ungkap I Chadijah. "Jangan
berpikiran 36 Anak ...