Risalah tentang Ma‘rifah Rahasia-rahasia Sang Raja dan Kerajaan-Nya
Kecenderungan manusia untuk menghamba kepada Tuhan adalah sebuah keniscayaan. Bagaimanapun bentuk, sifat dan karakter seseorang, selama ia masih menjadi manusia, pasti memiliki kecenderungan untuk menghamba. Allah Swt. berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menghamba kepada-Ku” (QS. 51:56). Hanya saja, besar kecilnya kesadaran untuk memenuhi tujuan penciptaan itu beragam dalam diri setiap insan. Bagi seorang hamba sejati, kehambaan (‘ubūdiyyah) adalah rumah tempat tinggal dan tanah airnya. Segala macam kenikmatan dan kebahagiaan tidak akan bisa ia rasakan dengan sempurna jika keluar dari zona ‘ubūdiyyah tempat tinggalnya. Kenikmatan paripurna dalam diri seorang hamba adalah ketika ia menjadi hamba yang tulus dan batinnya tidak disifati dengan keterasingan dari rumah tempat tinggal ‘ubūdiyyah-nya. Hasrat untuk mencari kebahagiaan paripurna inilah yang kemudian mendorong seorang hamba untuk menapak jalan spiritual. Mencari dan merayau dalam gelita malam jalan-jalan yang akan menyampaikannya pada kebahagiaan itu. Tak jarang mereka akan mencari sosok-sosok yang bisa menunjukkan jalan untuk menghindari ‘ubūdiyyah-‘ubūdiyyah semu yang hanya akan membawa pada kesia-siaan. Sayangnya, sosok hambahamba sejati pembawa obor penuntun untuk melewati jalan spiritual itu sudah sangat sulit ditemukan. Jika hamba-hamba sejati diibaratkan seperti gunung yang menjadi pasak peredam goncangan bumi, yang tak henti-hentinya mengalirkan air jernih dari mata air ilmunya, seakan-akan gunung-gunung itu saat ini telah tertutup kabut awan tebal dari puncak hingga ke lembahlembahnya. Bahkan orang yang ada di dekatnya pun tidak bisa melihat keberadaannya. Orang-orang seringkali tertipu oleh gundukan tanah dan batu biasa dan mengira itulah gunung yang mereka cari. Mereka meminum dari genangan-genangan air yang tak jelas sumber dan kandungannya karena menganggap itulah air ilmu yang mereka butuhkan. Kitab yang ada di tangan pembaca ini adalah sebuah magnum opus dari seorang ulama besar yang ditulis pada masa keemasan Islam, ketika “gunung-gunung” belum tertutup kabut terlalu tebal dan masih jelas terlihat. Sebuah ensiklopedi yang memuat tentang seluk-beluk tauhid, ‘ubūdiyyah, ciri-ciri hamba paripurna, serta keilmuan Islam yang menyeluruh dalam kerangka tasawuf dan jalan spiritual (ṭarīqah). Sebuah kitab yang disebut oleh penulisnya sebagai “Risalah tentang ma’rifah rahasia-rahasia Sang Raja dan Kerajaan-Nya”, jimat penangkal kebodohan untuk setiap sahabat yang tulus dan Muḥaqqiq yang sufi. Semoga kehadiran terjemahan kitab ini dapat membantu menyibak kabut-kabut yang menyelimuti pemahaman kita tentang bagaimana ciri hamba dan penghambaan sejati. Membantu kita menemukan kembali sosok-sosok yang lama tak terlihat karena kebodohan dan ketidaktahuan kita akan kualitas mereka. Dan jika Allah menghendaki, membantu kita untuk menyatu dengan “gunung-gunung” itu dan menemukan kebahagiaan sempurna dengan menjadi hamba-hamba Allah yang sejati. Amin.
... Muhammad Yunus bin Yahya bin Abi Al-Husayn bin Abi Al-Barakat Al-Hâsyimi
Al-'Abbasi di tanah haram yang mulia Mekkah, di hadapan Rukun Yamani dari
Ka'bah nan agung pada bulan Jumādilulă tahun 599. 3. Muslim, Fadā'il 2398,
Bukhari, Fadā'il3689; Tirmizi, Manâqib, 3693. Al-muhaddas secara harfiah berarti
orang yang diajak bicara. Para wali Al-Muhaddasün adalah mereka yang diajak
bicara oleh Allah. Lih. III 33.12. 4. Imam Al-Gazali ra. menyebutkan dalam Kitab
Ilmu ...